Syuriyah PBNU Desak Gus Yahya Mengundurkan Diri
Desakan itu tertuang dalam dokumen resmi rapat harian Syuriyah PBNU bertajuk “Risalah Rapat Harian Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama” yang digelar di Hotel Aston Jakarta pada Kamis, 20 November 2025. Risalah keputusan tersebut telah beredar luas di kalangan media dan publik.
Pernyataan tegas itu ditandatangani langsung oleh Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, pada 21 November 2025. Syuriyah PBNU menegaskan bahwa jika ultimatum tersebut tidak digubris, maka langkah pemberhentian akan diambil.
Dua pengurus PBNU membenarkan adanya pertemuan di Hotel Aston, namun enggan memberikan komentar lebih jauh dan menyarankan agar konfirmasi dilakukan langsung kepada Syuriyah PBNU.
Selain itu, dalam rapat yang dihadiri 37 dari 53 pengurus harian Syuriyah, peserta menyoroti kehadiran narasumber yang dituding memiliki kedekatan dengan jaringan Zionisme Internasional pada kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional NU (AKN NU). Kehadiran tersebut dinilai bertentangan dengan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah dan prinsip dasar NU.
Bendahara PBNU, Sumantri Suwarno, menyatakan bahwa dirinya belum menerima surat resmi terkait keputusan itu. Ia menambahkan bahwa komunikasi langsung dengan Rais Aam masih ditunggu.
Kontroversi bermula pasca diundangnya Peter Berkowitz, peneliti yang dikenal menulis karya berisi pembelaan terhadap Israel, pada kegiatan AKN NU bulan Agustus 2025. Hal inilah yang memicu gelombang kritik internal.
Gus Yahya menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat dan menjelaskan bahwa dirinya tidak mengetahui rekam jejak berkaitan dengan isu pro-Zionis.
Ia menegaskan bahwa tujuan kedatangan Berkowitz semata untuk memaparkan kajian akademik terkait konsep hak asasi manusia, bukan membawa agenda politik apa pun.
